Minggu, 01 Mei 2011

PERJALANAN YANG TERTUNDA

Hari minggu yang cerah, saat mentari bersinar. Ku terbangun dari alam mimpi. Bergegas aku pergi menimba air di sumur, lansung di lanjutkan dengan sholat subuh dan sarapan. Mentari semakin membentang kupersiapkan semua perlengkapanku untuk pergi ke suatu yang hijau di kelilingi pepohonan yang masih banyak. Ketika hendak melangkahkan kaki keluar rumah, aku telah di sambut oleh teman-temanku yang jenaka dan bersemangat.
“ Hay Fathon, sudah siap berangkat ?” Tanya anto dari balik pintu gerbang.
“ Siap, tinggal pamit aja” jawabku
“ Sudah siap semua, kalau sudah, ayo kita berangkat” Tanya ridwan
“ Ibu fathon pergi ya” teriakku dari kearah rumah.
 “ Iya nak hati-hati” jawab ibuku dari dalam rumah.
Kamipun pergi berjalan kaki menyusuri gang – gang kecil, melintasi perlintasan kereta api. Sambil bercanda gurau. Ketika kami hampir sampai menuju tempat tujuan. Di jalan yang sepi nampak sekeliling hanya ada pohon dan pohon di samping jalanan yang sepi itu. Kami tiba-tiba di cegat oleh orang – orang yang bertubuh besar, mengenakan celana jeans, rompi berbahan jeans, dan ikat kepala serta tato di tangan kanan mereka. Tato itu berbentuk seperti naga yang mengitari tangan kanan mereka. Kami berusaha untuk lari, namun.
“ Hai kalian bertiga, mau kemana kalian ?” Tanya orang yang paling besar tubuhnya. Nampak seperti ketua dari mereka.
“ Kakaka…kaaaami maamaaamaau pergi kesana” jawab ridwan sambil menunjuk kearah tempat tujuan kami dengan tubuh gemetar.
“ Kalian boleh lewat dari sini, jika kalian memberikan uang kepada kami.” Teriak orang yang tadi bertanya kepada kami sambil mengeluarkan sebuah belati dari balik tubuhnya.
“ Tidak, kami tidak punya uang” jawabku dengan gemetar.
“ Benar… kami tidak punya uang” sahut anto mempertegas.
“ Berarti kalian harus serahkan semua harta benda kalian” teriak pria itu dengan cekatan meraka memegang tangan kami sambil menjulurkan belati kea rah wajah kami.
Aku berusaha untuk melepaskan diri. Akhirnya setelah berjuang untuk melepaskan diri aku berhasil lolos dari meraka. Aku langsung pergi mencari bantuan kepada orang – orang sekitar. Namun sayang, aku tidak dapat memenukan bantuan. Akhirnya ku putuskan untuk kembali ke teman –temanku. Ketika aku kembali ketempat teman – temanku kulihat mereka tergeletak babak belur dan semua perbekalan kamipun di ambil oleh orang – orang yang tak bertanggung jawab itu. Ku lihat meraka sedang tertawa sambil berteriak gembira.Kamipun pulang untuk mengobati luka teman – temanku.

Setelah 2 minggu berselang.
Ketika aku sedang membaca Koran khusus yang berita hanya mengenai daerahku saja. Ku lihat sebuah wacana yang mencengangkan bagiku. Dalam wacana tersebut ku lihat wajah orang – orang yang memukuli teman – temanku hingga babak belur. Wacana itu berjudul “ Mati akibat minum – minuman keras oplosan”. Ku segera bergegas ke rumah teman – temanku untuk untuk menceritakan hal ini. Setelah ku ceritakan semuanya. Teman – temanku merasa sedikit lega.
“ Ternyata Tuhan itu memang adil” cakap ridwam
“ Benar, itulah balasannya merampas perbekalan orang – orang yang ingin menghirup udara segar” jawab anto
“ Hey, bagaimana kalau hari minggu kita pergi ke sana lagi?” tanyaku
“ Kesana lagi ?” jawab anto dengan nada heran.
“ Iya to, karena orang – orang pengganggu itu sudah tiada” sahutku
“ Boleh juga, aku mau deh, karena waktu itu kita gagal kesana semoga saja kita kali ini dating dan pulang selamat” sahut ridwan.
“ Baiklah, tapi kali ini kita harus di temani oleh orang dewasa” sahut anto
“ Baik, Bagaimana kalau pamanmu saja wan ?” Tanyaku ke ridwan
“ Boleh, baik kita telah sepakat. Hari minggu kita bersenang –senang.” Jawab ridwan.
Setelah sampai pada hari minggu, kami berempat siap pergi ke tempat yang telah kita sepakati. Di sana kami bersenang – senang dan pulang dengan keadaan senang.

News